Masyarakat Jabar sebenarnya sudah mengenal ragam corak kain dan batik sejak awal abad ke-16. Hal itu tertulis dalam naskah "Siksa Kandang Karesian" yang menyebutkan berbagai macam corak lukisan (tulis) dan kain.
Keberadaan batik kuno tak bisa dilepaskan dari kedatangan para pengungsi Perang Diponegoro tahun 1825-1830. Sebagian pengungsi adalah pembatik dari wilayah Banyumas, Jawa Tengah.
Mereka memberikan pengaruh terhadap ragam dan corak batik di Tatar Sunda, khususnya Ciamis, Indramayu, dan Tasikmalaya.
Setiap daerah mempunyai corak dan motif tersendiri yang khas sehingga timbul sebutan trusmian, darmayon, tasikan, dan garutan.
>Batik Dermayon(Indramayu)
>Batik Garutan(Garut)
>Batik Tasikan(Tasikmalaya)
Batik tasik memiliki cirri warna-warna yang cerah karena pengaruh dari batik pesisiran. Motif Batik tasikmalaya sangat kental dengan nuansa Parahyangan seperti bunga anggrek dan burung. Batik tasik memiliki kekhususan tersendiri, yaitu bermotif alam, flora dan fauna. Batik Tasik hampir sama dengan Batik Garut, hanya berbeda dari sisi warnanya yang lebih terang.
0 komentar:
Posting Komentar